Berburu Wangsit di Kramat Cijengkol

Kramat Cijengkol selalu dikunjungi peziarah untuk berburu wangsit  
5030
ad

MEMOonline.co.id, Bekasi - Setu -Bagi kebanyakan masyarakat yang hidup di era serba modern, hal-hal berbau mistis dan klenik sudah semakin sulit diterima akal sehat. Masyarakat cenderung lebih mempercayai apa yang bisa dijelaskan secara logis dan ilmiah, ketimbang perkara yang di luar nalar.

Meski demikian, tidak sedikit pula masyarakat yang masih percaya dengan hal-hal mistis, seperti tempat-tempat angker dan penampakan mahluk-mahluk astral kasat mata yang diyakini ada di sekitar kita.

Kata mistis biasanya digunakan publik untuk merujuk pada lokasi yang memiliki nilai sejarah tertentu. Lokasi sejarah tersebut bahkan kerap dianggap keramat, dan dijadikan sebagian orang sebagai tempat untuk meminta wangsit atau pun melakukan ritual tertentu.

Setiap pelosok daerah kemungkinan memiliki tempat yang dikeramatkan oleh masing-masing warganya. Tak terkecuali di Kabupaten Bekasi yang memiliki sebuah tempat keramat yang namanya cukup populer di kalangan para peziarah. Nama tempat yang dimaksud adalah Kramat Cijengkol yang terletak di Desa Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat

Seperti kebanyakan tempat keramat lainnya, Kramat Cijengkol dulunya juga memiliki sejarah yang diceritakan secara turun-temurun. Ditemui secara langsung oleh MEMOonline.co.id, Ketua Pembangunan Kramat Cijengkol, Lasmin menceritakan sedikit mengenai asal usul lokasi keramat tersebut.

Dahulu kala Kramat Cijengkol masih berupa hutan. Konon ada seorang pengembara dari Cirebon yang menaiki kuda, singgah di Kampung Cijengkol. Pengembara itu disebut-sebut sebagai keturunan wali. Sang pengembara membuat patok untuk mengikat kudanya, dan selanjutnya berdakwah menyebarkan agama Islam kepada warga setempat, yang saat itu kabarnya belum memeluk agama apapun.

"Sejak jaman wali, sejarahnya seperti itu. Patok kudanya saat ini ada di makam Kramat Cijengkol. Ada juga pisau kecil titipan untuk mengislamkan seseorang dengan menyunat. Setelah itu timbul cahaya-cahaya. Oleh warga di sini kemudian dibuat saung, pakai tiang bambu dan atap alang-alang," katanya, Minggu(22/4/2018).

Lambat laun, kisah Kramat Cijengkol menyebar sampai ke luar wilayah Bekasi, hingga membuat orang-orang menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat keramat.

"Bicara angker, mungkin karena ada peziarah yang datang kesini meminta syariat. Yang sakit jadi sembuh, yang rumah tangganya berantakan bisa pulih," ujar Lasmin.

Menurutnya, para pencari wangsit atau peziarah yang datang ke Kramat Cijengkol, tak hanya berasal dari wilayah Bekasi. Banyak yang datang dari luar wilayah, dengan tujuan dan niat berbeda, seperti meminta usaha lancar, rumah tangga langgeng, enteng jodoh, bisa melunasi utang dan keperluan lainnya.

"Dari Jabodetabek datang ke sini. Bahkan pernah ada yang datang dari Semarang. Intinya, keperluan masing-masing individu. Akan tetapi semuanya tetap kembali pada ketentuan Allah," paparnya.

Tentang prosesi ritual, Lasmin menolak menceritakan lebih lanjut, lantaran permintaan tamu peziarah. "Kami tidak bisa menjelaskan secara rinci, karena permintaan masing-masing tamu. Yang jelas tamu hanya bawa air mineral saja," kata Lasmin.

Jika permohonan sudah terkabul, biasanya peziarah hanya diminta untuk lebih tekun beribadah dan perbanyak beramal, serta memberikan santunan kepada anak yatim.

"Ya kalau sudah terkabul, tamu pasti datang, dan kami hanya memberikan imbauan agar perbanyak sedekah dan lebih tekun lagi dalam beribadah," ujarnya.

Tak hanya dari kalangan masyarakat biasa, para pejabat pun diketahui kerap singgah di Kramat Cijengkol, terlebih menjelang masa-masa pemilihan kepala daerah.

"Ada saja, tapi mereka seperti orang biasa, tidak mengaku anggota dewan. Ada yang datang bersama partai, ada juga yang perorangan. Dari Kota Bekasi ada, dari Kabupaten Bekasi juga ada," ungkap Lasmin.

Diakui Lasmin, orang yang ingin datang berziarah ke Kramat Cijengkol, tidak diperkenankan berpakaian sembarangan oleh warga setempat. Para peziarah diharuskan berpakaian santun, sedangkan yang wanita berhijab. Bagi yang sedang berhalangan haid, juga tidak diperbolehkan berziarah ke makam Kramat Cijengkol.

Meski berbau mistis, namun hal tersebut tidak membuat warga setempat takut dan khawatir tinggal di dekat makam yang dianggap keramat tersebut. Mereka seperti sudah terbiasa dan tak lagi mengalami paranoid.

"Sudah biasa warga di sini. Saya sendiri sudah tinggal puluhan tahun. Kalau Maulud warga bahkan kumpul mengadakan sedekah bumi," kata Wanda (50), warga sekitar.

Wanda mengaku, selama ini tidak pernah ada kejadian aneh ataupun menakutkan yang dialami warga.

"Alhamdulilah warga nyaman dan aman, tidak pernah ada apa-apa," ungkapnya.

Menurutnya, setiap hari selalu saja ada peziarah yang datang berkunjung ke Kramat Cijengkol, meski jumlahnya terbilang sedikit. Namun pada momen-momen tertentu, terlebih lagi saat Maulid Nabi, Kramat Cijengkol selalu dipenuhi peziarah yang berasal dari berbagai daerah.

"Ada satu dua orang yang mendatangi Kramat Cijengkol setiap hari. Hanya bulan Maulid Nabi saja ramai pengunjung yang datang. Dari daerah Jawa pun berdatangan ke sini," terangnya.

Wanda menambahkan, seluruh biaya perawatan Kramat Cijengkol didapat dari uang yang diberikan para tamu peziarah, dan tidak sedikit pun diambil dari uang pemerintah daerah.

"Pemerintah ingin membantu, tapi saya tolak. Jika ingin membantu santuni anak yatim, saya siap membantu. Untuk yang lainnya saya tolak," ujarnya.

Warga pun berharap ke depannya Kramat Cijengkol tak hanya sekedar menjadi tempat ziarah bagi sebagian orang, tapi bisa naik kelas menjadi objek wisata bersejarah yang dibanggakan di wilayah Bekasi.

"Semoga lebih ramai lagi yang berkunjung kesini. Bukan hanya bagi kalangan individu untuk berobat, tapi juga dapat dijadikan wisata oleh masyarakat," imbuhnya. (Bam/Diens).

ad
THIS IS AN OPTIONAL

Technology

MEMOonline.co.id, Jember- Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, pemerintah Desa Suren, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, berikrar...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Pengasuh Pondok Pesantren Musyawirin di Desa Pagerungan Kecil, Pulau Sapeken, Kiai Makki, menyambut hangat kunjungan...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Ketua DPRD Kabupaten Sumenep, H. Zainal Arifin, mengunjungi salah satu korban Srikandi FAHAM di Kecamatan Lenteng untuk...

MEMOonline.co.id, Sumenep- Calon Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, disambut dengan antusias oleh ribuan emak-emak di Desa...

MEMOonline.co.id, Sampang- Ribuan masyarakat kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur mendatangi alun-alun Trunojoyo pada rabu (13/11/2024)...

Komentar