MEMOonline.co.id, Malang - Hampir seluruh SMP atau MTS se-Indonesia melakukan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), sementara UNKP (Ujian Nasional Kertas Pensil) mulai ditinggalkan.
Hal itu sebagai respon dari himbauan dan dorongan Kementrian Pendidikan dan Kementrian Agama.
Sehingga banyak sekolahan atau madrasah dengan sekuat tenaga mempersiapkan diri untuk bisa mengikuti UNBK, dengan cara membeli alat komputer, menaikkan daya listrik, serta memasang antena wifi.
"Untuk hal ini, bahkan sampai pinjam uang demi UNBK terlaksana, terlebih mengingat BOS juga belum cair hingga hari ini untuk periode 3 bulan Mas," kata Miskar, SP, Kepala MTS Azharul Ulum Dampit, Selasa (24/4/2018).
Patut disayangkan saat UNBK disikapi dengan serius oleh sekolahan atau madrasah.
"Ternyata 2 hari ini pelaksanaannya tidak berjalan lancar, yang disebabkan ngadatnya server pusat," imbuhnya.
Akibatnya, mental anak - anak peserta UNBK menjadi kacau, karena pada gelombang 1, harus menunggu hingga 2 jam berada di ruang komputer, dengan tekanan psikologis.
Lebih lanjut, Miskari mengibaratkan kecapek'an murid-muridnya," gelombang berikutnya juga lelah, karena, datang lebih awal tapi tertunda masuk ruangan hingga berjam jam, persis capeknya Delay Pesawat Terbang," ungkapnya.
Dengan kejadian tersebut, maka, kritik terhadap Kementerian Pendidikan bermunculan, yang semua bermuara pada pandangan ketidak siapan pusat, untuk mengantisipasi tambahan jumlah peserta dan lembaga yang ikut tahun ini.
Namun demikian, kritik pun tak akan mudah direspon, tapi minimal sudah meluapkan kekesalannya," Pemerintah mendorong UNBK tanpa dukungan bantuan alat, sehingga banyak yang harus mikir sendiri, sedangkan dipusat terkesan main main," terangnya.
"Satu lagi ironi kebijakan, dibawah dipaksa gulung kuming, diatas terkesan tidak serius, bahkan bisa disinyalir ada ketidak beresan penataan kebijakan." Pungkas Miskari SP sang Kepala Sekolah MTS Sudomo Dampit. (Yahya/diens).