MEMOonline.co.id. Lumajang - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri ( SMKN ) Tempursari Lumajang, Jawa Timur, saat ini menjadi sorotan. Bukan tanpa sebab, masih berkutat pada soal pungutan yang dilakukan pada tiap - tiap siswa - siswi.
Ada beberapa item pungutan sampai ke telinga awak media, diantaranya bulanan sebesar 50 ribu tak ubahnya SPP wajib. Dan juga dengan jumlah yang sama, ada lagi pungutan diperuntukkan untuk pembangunan Masjid di internal sekolah.
Peristiwa ini lalu terangkat kepermukaan, lantaran diduga sekolah menginisiasi gagasan tersebut, tanpa adanya keterbukaan sehingga cenderung timbul dugaan - dugaan. Terlebih ketidakmampuan wali murid sarat terbungkam, berbaur cemas manakala harus tidak turut menyepakati.
Perihal pungutan bulanan, tiap - tiap siswa mendapatkan kartu, lengkap dengan urutan bulan dalam jangka 1 tahun, dan kolom tanda pembayaran diparaf jika sudah kategori lunas. Kartu tersebut ditandatangani oleh Sutaji Ketua Komite lengkap dibubuhkan stempel, disampingnya lagi bendahara lengkap dengan paraf berikut nama Sri Andayani.
Terpisah, wali murid mengeluh lebih - lebih ada yang mengaku keberatan. "Ya keberatan pak, tapi kalau tidak bayar, takut terjadi apa - apa terhadap anak saya," ucap seorang wali murid, namun berpesan agar namanya tidak di online kan, Selasa (1/4/2023).
Informasi diterima media ini, ada indikasi jika salah satu item pengeluaran dari hasil pungutan dana tersebut, dipergunakan salahsatunya untuk pembayaran guru honorer.
Mengkroscek lebih mendalam perihal tersebut, awak media menghubungi Kepala Sekolah SMK Tempursari Ainun Huda, bertujuan meminta klarifikasi, akan tetapi menuai respon kurang baik.
Saat ditelepon di reject. Begitu pula melalui pesan WhatsApp, hingga berita ini ditayangkan, pesan yang masuk serasa diabaikan, jedah sehari lamanya.
Berikut pada sisi progres pembangunan masjid di internal sekolah, awak media berhasil memperoleh susunan panitia pembangunan. Diduga sekolah menjadikan susunan panitia tersebut secara sepihak. Ada pencatutan nama, sementara dikonfirmasi secara personal, tanpa ada koordinasi sebelumnya dengan yang bersangkutan.
Diduga ada main diinternal sekolah dibalik adanya progres kerja tersebut. Sayangnya, hingga hari ini, kapala sekolah tetap bungkam.
Penulis : Hermanto
Editor : Udiens
Publisher : Syafika Auliyak